Minggu, 05 September 2021

Teman Sejati | Ini Bukan Puisi

 
Saat kau datang, aku menanti
Saat kau pulang, aku sendiri
Tanpa dirimu teman sejati
Hanya diriku dan rasa sepi

Hingga di suatu hari
Aku pun harus pergi

Tenanglah kawan
Dirimu selalu di hati
Tenanglah kawan
Dirimu tak akan terganti

Saat ku sedih, kau menghampiri
Saat ku ragu, kau yakinkan ku
Dengan dirimu teman sejati
Aku melihat warna pelangi

Kini ku tersadar
Kau tak ada disini

Tenanglah kawan
Dirimu selalu di hati
Tenanglah kawan
Dirimu tak akan terganti

Bila tiba saatnya, aku kembali pulang
Tujuannya hanya kamu, tambatku berlabuh
Bila saat aku tiba, senyumanmu yang tenang
Semoga tak berkurang hingga petang menjelang

Tenanglah kawan
Dirimu selalu di hati
Tenanglah kawan
Dirimu tak akan terganti

Kenanglah kawan
Arti perpisahan ini
Kenanglah kawan
Waktu yang selalu kita nanti


Sabtu, 04 September 2021

Senandung Isu | Ini Bukan Puisi

 
Rapuhnya jiwaku mendapatkan kita tak kan bisa jadi sepasang kekasih
Ku tak percaya

Apakah yang kudengar nyata?
Bukan senandung isu
Kau berjalan meraih mimpi
Meninggalkan aku

Fakta derajat kita kan berbeda
Jika kau teguh pada citamu
Mereka tak mungkin setuju 
Karena..
Bisik itu mengira ku tak layak,
Menyanding kamu, kekayaanmu
Ku telan kenyataan, namun

Apakah yang kudengar nyata?
Bukan senandung isu
Kau telah gagal, hingga berbalik
Kau mengejarku
Memang terdengar nyata
Seperti bukan isu
Kau berjuang diam-diam,
Untuk menjadi jodohku

Inikah kuasa Tuhan
Kita ditakdirkan
Bersama arungi hidup
Bersama menua

Apakah yang kudengar nyata?
Bukan senandung isu
Kau telah gagal, hingga berbalik
Kau mengejarku
Memang terdengar nyata
Seperti bukan isu
Kau berjuang diam-diam,
Untuk menjadi jodohku

Jumat, 03 September 2021

Selamat Tinggal | Ini Bukan Puisi

 
Selamat tinggal, kau yang aku suka
Sebentar lagi terhapus dari hati
Karena kamu tak cukup berani katakan, "Aku suka"
Karena aku tak cukup sabar untuk menunggu pengakuanmu

Wajar bila aku mempertanyakan perasaanku
Benarkah kamu sangat mencintaiku?
Benarkah kamu peduli padaku?

Terbiasa tak hiraukan
Waktu terus berjalan
Cinta yang terus memudar
Walau coba bertahan

Selamat jalan, kau yang kukagumi
Bukan sampai jumpa bertemu kembali
Karena kamu mencari orang lain selagi menunggu
Menunggu kesempatan datang untuk mempermainkan keyakinanku

Benarkah layak dirimu ku bawa dalam mimpiku?
Benarkah kamu pernah mencintaiku?
Benarkah kamu peduli padaku?

Harus memulai hiraukan
Belajar melupakan
Waktu pun terus berjalan
Tak perlu dipertahankan

Kamis, 02 September 2021

Satu-Satunya Pilihan | Ini Bukan Puisi

 
Sejak kapan kau mulai menyimpan perasaan?
Kau coba mengutarakannya saat aku tak mengerti

Kini timbul rasa dan aku yakin
Kamu masih memilikinya
Kita pura-pura tidak peduli
Padahal hati kita berusaha mendekat

Sayangnya terlalu lambat memulai
Terlalu naif tuk mengakui
Saat ini kita telah sampai di akhir
Perpisahan satu-satunya pilihan

Mungkin hati kecil kita berdua
Timbul harapan, keajaiban
Bahwa kita kan dipersatukan kembali
Di masa depan yang akan datang

Ingatkah ketika kita berbalik bersamaan?
Saling menatap dari jauh, walau hanya sekejap

Kita mengkhawatirkan hal yang sama
Bertanya-tanya adakah cinta?
Cinta yang mengendap terlalu lama
Hingga mengeras dan menyesakkan dada

Sayangnya terlalu lambat memulai
Terlalu naif tuk mengakui
Saat ini kita telah sampai di akhir
Perpisahan satu-satunya pilihan

Mungkin hati kecil kita berdua
Timbul harapan, keajaiban
Bahwa kita kan dipersatukan kembali
Di masa depan yang akan datang

Rabu, 01 September 2021

Ruang Hati Ini | Ini Bukan Puisi

 
Ruang hati ini masih tertutup pintu keras tanpa gagang dan kunci
Ruangan dimana ku bebas bermimpi
Tempat kadang tak kurasa apapun
Aku sendiri

Tak ada yang dapat masuk
Mereka hanya bisa menyahut untuk memanggilku
Hingga dia mendekati
Mengetukku lembut, tapi yang kulakukan hanya

Meninggalkannya sendiri di kegelapan luar
Dingin, lembab, tanpa cahaya, mengapa ku tega?
Oh, Tuhan. Mengapa? 
Oh, Tuhan, ku tega
Mengabaikannya sendiri di keganasan luar

Celah ruang ini memancarkan sinar
Dia berikan apa yang dia punya
Kasih sayang, perhatian
Bahkan kesabaran untuk menantiku keluar
Hanya minta tanda cinta
Yang kubuat hancur, lalu yang kulakukan hanya

Meninggalkannya sendiri di kegelapan luar
Dingin, lembab, tanpa cahaya, mengapa ku tega?
Oh, Tuhan. Mengapa? 
Oh, Tuhan, ku tega
Mengabaikannya sendiri di keganasan luar

Dia telah menyerah menghadap egoku
Perlahan-lahan menjauhi hatiku
Aku keluar, mendobrak pintuku
Namun yang kutemukan hanyalah kegelapan saja

Ku berlutut menangis
Kini terlambatlah sudah
Tinggal gema suaraku membatin namanya
Oh, Tuhan, jangan kau biarkan dia pergi
Karena telah terbuka pintu hatiku baginya

Dia pun bahagia
Di dalam ruang lain