Minggu, 12 Agustus 2018

Contoh Laporan Praktikum Kimia "Identifikasi Proses Korosi pada Besi"


Jika ingin mengunduh laporan di bawah ini dengan versi word, silahkan klik di sini. 
Jangan lupa berikan komentar ya! (Komentar anda sangat penting untuk pengembangan blog ini)
 
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
IDENTIFIKASI PROSES KOROSI PADA BESI



DISUSUN OLEH
[PENYUSUN]


KELAS XII MS 2
SMAN 1 NARMADA
2015


A.        PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.         Tujuan Praktikum:
            Mengamati proses terjadinya korosi pada besi.
2.         Waktu praktikum: 16-18 Oktober 2015
3.         Tempat praktikum: Ruang kelas XII Msi 2 SMAN 1 Narmada

B.        LANDASAN TEORI
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Jenis logam yang paling banyak mengalami korosi adalah besi.

Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Pada besi, karat biasanya berupa zat yang berwarna cokelat-merah dengan rumus kimia Fe2O3•xH2O. Oksida besi (karat) dapat mengelupas, sehingga secara bertahap permukaan yang baru terbuka itu mengalami korosi. Berbeda dengan aluminium, hasil korosi berupa Al2O3 membentuk lapisan yang melindungi lapisan logam dari korosi selanjutnya.

Korosi secara keseluruhan merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

Fe(s) à Fe2+(aq) + 2e–

Elektron yang dibebaskan dalam oksidasi akan mengalir ke bagian lain untuk mereduksi oksigen.

O2(g) + 2 H2O(l) + 4e– à 4 OH–(l)

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode akan teroksidasi membentuk besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3•xH2O yang disebut karat

Korosi besi dapat terjadi karena beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempercepat korosi antara lain: tingkat keasaman (pH), kontak dengan zat elektrolit, adanya pengotor, kontak dengan logam lain yang kurang reaktif, serta kelembapan udara.

Selain dapat dipercepat, korosi besi juga dapat diperlambat dengan beberapa perlakuan, misalnya dengan  memasukkan besi ke dalam minyak, memasukkan besi dalam air yang dididihkan, pemberian kristal garam atau basa anhidrat, pengecatan, pelumuran dengan oli, membalut dengan plastik, melapisi dengan logam-logam lain (galvanisasi), menghubungkan besi dengan logam yang lebih mudah teroksidasi (proteksi katodik), atau membuat paduan logam.

C.        ALAT DAN BAHAN
1.         Alat:
-           Gelas bekas air mineral
2.         Bahan:
-           Paku besi
-           Air
-           Minyak tanah
-           Kapas
-           Larutan H2SO4
-           Kawat Mg
-           Kawat Cu

D.        CARA KERJA
1.         Menyiapkan 5 gelas bekas air mineral yang sudah diberi label A, B, C, D, dan E.
2.         Memasukkan ke dalam masing-masing gelas sebatang paku besi.
3.         Memasukkan ke dalam gelas:
A         : Air hingga menutupi paku
B          : Minyak tanah hingga menutupi paku
C         : Kapas yang dibasahi larutan H2SO4
D         : Kawat Mg yang dililitkan pada pakunya
E          : Kawat Cu yang dililitkan pada pakunya
4.         Menyimpan kelima gelas tersebut selama 3 hari, kemudian mencatat hasilnya dalam bentuk tabel.

E.         HASIL PENGAMATAN
            Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disajikan tabel sebagai berikut:
Gelas
Perlakuan
Hari ke
1
2
3
A
Dimasukkan dalam air
++
++
++
B
Dimasukkan dalam minyak tanah
-
-
-
C
Diletakkan di atas kapas yang telah ditetesi asam
+++
+++
+++
D
Dililitkan kawat Mg
-
-
-
E
Dililitkan kawat Cu
+
+
+

Keterangan :
(-)        : Tidak ada
(+)       : Ada sedikit
(++)     : Ada banyak
(+++)   : Banyak sekali

F.         PEMBAHASAN
Berdasarkan data di atas, paku besi yang paling cepat mengalami korosi terdapat pada gelas C. Paku besi pada gelas C diletakkan pada kapas yang telah dibasahi dengan larutan asam sulfat. Larutan asam sulfat memiliki pH di bawah 7 dan berperan sebagai asam kuat. Logam yang berada pada lingkungan asam, akan mengalami serangan korosi atau terlarut dengan reaksi sebagai berikut:
Misal logam besi dalam larutan asam sulfat

Fe + 2HCl  —> FeCl2 + H2 (gas)

Reaksi di atas menghasilkan gas H2 dan larutan garam dari Fe yaitu besi sulfat. Pada reaksi tersebut logam Fe terlarut atau terkorosi dan masuk dalam larutan membentuk larutan garam besi. Korosi ini tidak membutuhkan oksigen dalam proses reaksinya. Hal ini yang membedakan dengan reaksi korosi pada lingkungan atmosfer atau netral. Pada lingkungan netral atau atmosfer , korosi akan terjadi jika dalam lingkungannya terdapat oksigen terlarut.

Dalam praktikum di atas, korosi pada lingkungan netral atau atmosfer terjadi pada gelas A, dimana paku ditenggelamkan dalam air. Terjadinya korosi disebabkan adanya oksigen yang terlarut dalam air. Adanya oksigen menyebabkan besi (Fe) mengalami oksidasi menjadi ion Fe2+. Ion besi ini kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3.xH2O berkat adanya air. Senyawa inilah yang kemudian disebut sebagai karat.

Berbeda halnya dengan paku besi pada gelas E, paku tersebut dililitkan kawat tembaga (Cu) dan terjadi sedikit karat. Karat tersebut dihasilkan dari peristiwa korosi. Korosi pada paku besi tersebut terjadi karena sebagian besi berperan sebagai anoda (tempat terjadinya oksidasi) dan sebagian lainnya lagi berperan sebagai katoda (tempat terjadinya reduksi). Namun, apabila pada paku besi dililitkan kawat tembaga atau Cu. Paku besi akan mengalami reaksi oksidasi dan tembaga akan mengalami reaksi reduksi. Hal itu disebabkan Fe memiliki nilai Eo sel yang lebih kecil dari pada Cu, yang berarti Fe sebagai anoda dan Cu sebagai katoda. Karena Fe mengalami reaksi oksidasi, maka Fe akan tetap terjadi peristiwa korosi.

Ketiga gelas A, C, dan E mengalami peristiwa korosi. Sedangkan pada gelas B dan D tidak mengalami korosi, dengan kata lain terjadi perlambatan korosi. Pada gelas B, paku ditenggelamkan dalam minyak tanah. Minyak dapat memperlambat korosi besi karena minyak dapat mencegah besi bereaksi dengan udara dan air atau uap air. Sedangkan pada gelas D, besi dililitkan kawat Mg, secara lebih ringkas perlakuan ini disebut proteksi katodik. Proteksi katodik dilakukan dengan cara memposisikan logam yang dilindungi dari korosi sebagai katoda, kemudian dihubungkan dengan logam lain yang lebih mudah teroksidasi (memiliki Eo lebih negatif dari logam yang dilindungi). Seperti percobaan di atas, paku besi dihubungkan dengan logam Mg. Logam Mg sengaja dikorbankan agar teroksidasi tetapi pipa besi tidak teroksidasi.
           
KESIMPULAN

1.         Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki.
2.         Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya korosi, antara lain:
a.         Tingkat keasaman (pH)
b.         Kontak dengan zat elektrolit
c.         Adanya pengotor
d.         Kontak dengan logam lain yang kurang reaktif
e.         Kelembapan udara.
3.         Faktor-faktor yang memperlambat terjadinya korosi , antara lain:
a.         Perlindungan katodik (proteksi katodik)
b.         Pelapisan dengan logam-logam lain (galvanisasi)
c.         Melapisi logam dengan cat, minyak, atau plastik.
d.         Membuat alloy atau padyan logam
4.         Contoh peristiwa korosi pada besi, antara lain:
a.         Besi yang dibasahi air
b.         Besi dalam larutan elektrolit (asam atau garam)
c.         Besi yang dihubungkan dengan Tembaga
5.         Contoh peristiwa mencegah korosi pada besi, antara lain:
a.         Besi yang dililitkan kawat magnesium
b.         Besi dalam minyak

Sabtu, 11 Agustus 2018

Contoh Teks Eksposisi Bahasa Indonesia "Lalu Lintas Jakarta akan Macet Total pada Tahun 2014" dilengkapi dengan Strukturnya


Dibawah ini saya membagikan salah satu contoh teks eskposisi berbahasa Indonesia. Teks ini saya buat sewaktu duduk di bangku SMA sebagai salah satu tugas. Teks ini tentunya masih banyak kekurangan, terutama dilihat dari topiknya yang sudah kuno. Akan tetapi, teks ini adakalanya bisa dimanfaatkan sebagai contoh apabila pembaca sedang ingin membuat suatu teks eksposisi.
Silahkan berikan masukan di kolom komentar, komentar pembaca akan sangat berarti!
 
LALU LINTAS JAKARTA AKAN MACET TOTAL PADA TAHUN 2014

Kemacetan lalu lintas di Jakarta selalu menjadi sorotan publik. Seiring bertambahnya waktu, parahnya kemacetan di Jakarta menjadi masalah yang tak terselesaikan.  Bahkan, Polda Metro Jaya telah memprediksikan bahwa Daerah Khusus Ibukota Jakarta akan mengalami kemacetan total pada tahun 2014.
            Keyakinan ini tentunya beralasan. Jakarta mengalami pertambahan jumlah kendaraan yang signifikan. Tercatat pada tahun 2009 lalu jumlah kendaraan bermotor mencapai 9.993.867 unit. Jumlah ini mengalami peningkatan 15%, sehingga pada 2010 menjadi 11.362.396 unit. Sedangkan data terbaru Polda Metro Jaya menyatakan bahwa Jakarta memiliki sekitar 16 juta unit kendaraan bermotor pada tahun 2013, yang berarti mengalami peningkatan sebanyak 9,8% dari tahun 2013. Pada kenyataannya, angka tersebut sudah dapat mengakibatkan kemacetan luar biasa pada jalanan Jakarta.
            Disamping itu, peningkatan jumlah kendaraan yang ekstrem tersebut sayangnya hanya disertai dengan pertumbuhan jalan yang rendah. Panjang jalan di Jakarta hanya 7.650 km, dan luas jalan 40,1 km2 atau 0,26% dari luas wilayah DKI Jakarta. Sedangkan penambahan panjang jalan hanya 0,01% per tahun. Jika hal ini dibiarkan, tingkat kepadatan lalu lintas Jakarta akan semakin tinggi, ruang lalu lintas menjadi terbatas, sehingga resiko akan kemacetan total akan tinggi pula.
            Disiplin pengguna jalan terhadap peraturan lalu lintas juga sangat berpengaruh terhadap kemacetan. Salah satunya adalah kebiasaan pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar, pejalan kaki dan pembeli terpaksa menggunakan sebagian jalan raya, mereka akan mengganggu kendaraan yang melintas. Selain itu, kendaraan yang diparkir di sembarang tempat seperti di pinggiran jalan raya, juga dapat menyebabkan kemacetan. Tingkah laku supir angkot yang kerap kali ngetem sembarangan juga kerap kali menjadi masalah yang pelik.
            Jika dilihat dari berbagai faktor tersebut, kemacetan bukanlah hal yang mudah untuk diatasi. Sebaliknya, apabila semuanya dibiarkan tanpa ada kebijakan dan penanganan yang tepat. Tentu masalah yang akan dihadapi lebih rumit jika sekedar dibandingkan dengan kemacetan total Jakarta.


Pernyataan Pendapat (Tesis)
Kemacetan lalu lintas di Jakarta selalu menjadi sorotan publik. Seiring bertambahnya waktu, parahnya kemacetan di Jakarta menjadi masalah yang tak terselesaikan.  Bahkan, Polda Metro Jaya telah memprediksikan bahwa Daerah Khusus Ibukota Jakarta akan mengalami kemacetan total pada tahun 2014.
Argumentasi
Keyakinan ini tentunya beralasan. Jakarta mengalami pertambahan jumlah kendaraan yang signifikan. Tercatat pada tahun 2009 lalu jumlah kendaraan bermotor mencapai 9.993.867 unit. Jumlah ini mengalami peningkatan 15%, sehingga pada 2010 menjadi 11.362.396 unit. Sedangkan data terbaru Polda Metro Jaya menyatakan bahwa Jakarta memiliki sekitar 16 juta unit kendaraan bermotor pada tahun 2013, yang berarti mengalami peningkatan sebanyak 9,8% dari tahun 2013. Pada kenyataannya, angka tersebut sudah dapat mengakibatkan kemacetan luar biasa pada jalanan Jakarta.

Disamping itu, peningkatan jumlah kendaraan yang ekstrem tersebut sayangnya hanya disertai dengan pertumbuhan jalan yang rendah. Panjang jalan di Jakarta hanya 7.650 km, dan luas jalan 40,1 km2 atau 0,26% dari luas wilayah DKI Jakarta. Sedangkan penambahan panjang jalan hanya 0,01% per tahun. Jika hal ini dibiarkan, tingkat kepadatan lalu lintas Jakarta akan semakin tinggi, ruang lalu lintas menjadi terbatas, sehingga resiko akan kemacetan total akan tinggi pula.

Disiplin pengguna jalan terhadap peraturan lalu lintas juga sangat berpengaruh terhadap kemacetan. Salah satunya adalah kebiasaan pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar, pejalan kaki dan pembeli terpaksa menggunakan sebagian jalan raya, mereka akan mengganggu kendaraan yang melintas. Selain itu, kendaraan yang diparkir di sembarang tempat seperti di pinggiran jalan raya, juga dapat menyebabkan kemacetan. Tingkah laku supir angkot yang kerap kali ngetem sembarangan juga kerap kali menjadi masalah yang pelik.
Penegasan Ulang Pendapat
Jika dilihat dari berbagai faktor tersebut, kemacetan bukanlah hal yang mudah untuk diatasi. Sebaliknya, apabila semuanya dibiarkan tanpa ada kebijakan dan penanganan yang tepat. Tentu masalah yang akan dihadapi lebih rumit jika sekedar dibandingkan dengan kemacetan total Jakarta.