Selasa, 31 Agustus 2021

Pohon Cinta | Ini Bukan Puisi

 
Dia taburkan benih cinta di ladang
Di ladang hatiku yang benar-benar gersang
Dia merawatnya tulus dengan penuh kasih sayang
Sehingga bibit cintanya tumbuh dan berkembang

Saat tunas cintaku mulai hidup bahagia
Ku kira dia akan menunggu untuk memanennya
Ternyata dia tinggalkan ku demi bunga dahlia
Bunga cintaku gugur, aku dilema

Entah mengapa pohon cinta ini
Telah membuat aku kecewa
Andaikan ini bukan untuk ku
Tuhan, singkirkan dia dari hidupku

Lalu mengapa, Tuhan, Dia titipkan
Perasaan ini di sela hatiku
Tuhan, tolong, jangan sampai
Dia tau sebenarnya aku cemburu

Pohon cintaku kering dalam keputusasaan
Berharap dia kembali membawa pupuk dan air
Namun tidak, dia semakin terpesona dahlia
Dan dia ubah pohonku jadi kaktus berduri

Ku berpikir aku harus menebang pohon ini
Tapi itu tak cukup, aku pun mencabutnya
Meski luka dalam ini harus ku rasakan
Setidaknya akar cinta tiada tertinggal

Entah mengapa pohon cinta ini
Telah membuat aku kecewa
Andaikan ini bukan untuk ku
Tuhan, singkirkan dia dari hidupku

Lalu mengapa, Tuhan, Dia titipkan
Perasaan ini di sela hatiku
Tuhan, tolong, jangan sampai
Dia tau sebenarnya aku cemburu

Luka cinta hatiku hampir sembuh sebagian
Namun detak penantian masih terngiang
Membuatku membakar sisa batang pohon cinta
Pohon cinta bertitahkan nama kami berdua

Kubuang abunya jauh di samudera luas
Akan tetapi ku masih tak sanggup mendengar
Bisikan di jalanan yang menyebutkan namanya
Sudahlah, cemburu ini tak berguna


Senin, 30 Agustus 2021

Penyesalan | Ini Bukan Puisi


Kini ku biarkan kau berjalan jauh
Menghindari diriku yang ingin mendekat
Untuk pertama kalinya kau hancurkan egoku
Kemudian kau hempaskan diriku

Aku telah menyesal menyianyiakanmu
Aku telah menyesal tak menghargai kamu

Kini ku terjebak permainanku
Menjerat diriku mengutarakan khilaf
Bukan pertama kalinya menjinakkan egoku
Kemudian kau lepaskan diriku

Berlutut memohon ampun
Berlutut memohon maaf
Benarkah ku layak
Andaikan ku layak mengucapkan

Aku telah menyesal menyianyiakanmu
Aku telah menyesal tak menghargai kamu
Aku telah menyesal menyianyiakanmu
Aku telah menyesal tak menghargai kamu

Minggu, 29 Agustus 2021

Penasaran Pada Dirimu | Ini Bukan Puisi

 
Dia tak pernah terkejut oleh suatu ledakan
Diat tak pernah menangis karena renungan
Siapakah kamu? Aku pun penasaran
Katakanlah semua yang kamu sembunyikan

Apa yang kamu sukai
Apa yang kamu benci
Apa yang membuat kamu
Selalu tersentuh
Aku jadi penasaran pada dirimu

Dia tak pernah tersinggung oleh suatu hinaan
Dia selalu tertawa karena candaan
Siapakah kamu? Aku pun penasaran
Tunjukkanlah semua, apa yang kau rasakan

Jika kamu kesulitan
Atau merasa kesal
Jika kau perlu menangis
Atau merasa malu
Aku terus penasaran pada dirimu?

Sabtu, 28 Agustus 2021

Mimpi Telah Tenggelam Kelam | Ini Bukan Puisi

 
Angin berlalu bagai hembusan terakhir
Jiwa membeku merindukan sang mentari
Harap pupus dan membatu
Kering gugur kan tersapu jauh

Ku berjalan lemah dengan tertatih-tatih
Wajah sendu sembunyikan sejuta perih
Nyala api akan padam
Saat mimpi telah tenggelam kelam

Namun aku kan mencoba
Jalan lain yang kau kira
Berbatu, penuh rintangan, dan mengenaskan
Hingga ku mati disana

Walau bunga telah layu
Walau kayu telah rapuh
Tekadku terus berkobar dan bersinar
Walau mimpi telah tenggelam kelam

Butiran salju semerah darah pun sampai
Batin terguncang melihat awan terluka
Ambisi jatuh hancur lebur
Hangus luput kan dilahap udara

Ku terkapar pasrah dengan tertembus panah
Wajah muramku diam seribu bahasa
Warna langit akan pudar
Saat mimpi telah tenggelam kelam

Namun aku kan mencoba
Jalan lain yang kau kira
Berbatu, penuh rintangan, dan mengenaskan
Hingga ku mati disana

Walau bunga telah layu
Walau kayu telah rapuh
Tekadku terus berkobar dan bersinar
Walau mimpi telah tenggelam kelam

Mimpi telah tenggelam kelam
Jika mimpimu tenggelam kelam

Pasti aku kan mencoba
Jalan lain yang kau kira
Berbatu, penuh rintangan, dan mengenaskan
Hingga ku mati disana

Walau bunga telah layu
Walau kayu telah rapuh
Tekadku terus berkobar dan bersinar
Walau mimpi telah tenggelam kelam

Jumat, 27 Agustus 2021

Mengapa Bisa Sebuta Itu? | Ini Bukan Puisi

 
Bagaimana kau melihat bayang dalam gelap malam?
Bagaimana kan kukatakan kau terlihat sungguh mengagumkan
Setiap senyum yang kau tampakkan, ku simpan di lubuk hati terdalam
Setiap kata yang kau ucapkan, ku cari seluruh maknyanya

Ku yakin kita tercipta untuk selalu bersama
Karena sikapmu di depanku terlalu istimewa

Hingga akhirnya ku sadar, baginya aku bukan apa-apa
Hubungan antara kita hanya jalur satu arah
Aku memberi, kau menerima
Hanya sebatas itu, tanpa balasan
Mengapa ku bisa jadi sebuta itu?

Diri ini kecewa mencapai ambangnya
Mulai sekarang ini hatiku tertutup bagi dirimu

Hingga akhirnya ku sadar, baginya aku bukan apa-apa
Hubungan antara kita hanya jalur satu arah
Aku memberi, kau menerima
Hanya sebatas itu, tanpa balasan
Mengapa ku bisa jadi sebuta itu?

Akhirnya aku tersadar, baginya aku tidak berharga
Hubungan antara kita hanya pintu satu arah
Aku berharap, kau memanfaatkan
Salah mengira itu kasih sayang
Mengapa selama ini ku menutup mata?